Postingan

GURUKU

PAHLAWAN TANPA LENCANA PAGI YANG INDAH HEMBUSAN ANGIN MENERPAH WAJAH DINGIN MENYELIMUTI LANGKAH PENUH KEIKHLASAN BERFIKIR HANYA UNTUK PENDIDIKAN MESKI ENGKAU SERING TERLUPAKAN SEMUA KEBAIKAN ADA DI TUTUR KATAMU SEMUA PENAWAR ADA DISENYUMMU TIADA HARI TANPA SEBUAH BAKTI MENABUR BENIH BUDI PEKERTI RODA WAKTU BERLARI BEGITU CEPAT TETAP MENANTIMU UNTUK BRKHIDMAD MESKI SEKARANG ENGKAU TAK MELIHAT JASAMU ABADI MENEMANIMU SAMPAI AKHIRAT

Rinduku sahabat

Gemercik Hujan Sunyi senyap seorang diri Memandangi setiap dinding beku Angan diri yang begitu jauh Menahan diri diam termangu Kapankah kau kesini kawan Mengingatkanku kembali akan sebuah perjuangan Aku yang tak lagi rupawan Menahan diri diam termangu Dulu seakan tak pernah ada kesedian Selalu ada tawa dan candaan Ide dan pemikiranmu selalu memotivasiku Angan diri yang begitu jauh AK, 28 – 11 -1017
Name : Ahmad Kirom Nim : 07320064 ANALYSIS ON THE WHITE TIGER PLAY WITH SPEECH ACT, IMPLICATURES AND POLITENESS THEORY A. Introduction In this paper the writer will analyze this play script using some theories. This story was written by Mike for his play. This story tells about a family who live near the Kumgang Mountains in Korea. In the mountains there is a white tiger that always disturbs the people there. Father in this story is the finest gunman so that he wants to kill the white tiger. But he can not kill this white Tiger which lived in the Kumgang Mountains. The White Tiger continuously terrorized the village by preying on horses, cattle, and also humans. But the father never returns back to his home. His son has a dream to defeat the white tiger like his father so he always learns to be the finest gunman. And the last, he can kill the white tiger and brings back the people who has been caught by the white tiger especially his father. The characters of this story are Son, Mot
Speech Act Analysis on Barrack Obama’s Speech in Indonesia Ahmad Kirom 07320064 CHAPTER I A. Background of the study Speech acts are actions performed via utterances (apology, complaint, compliment, etc). They apply to the speaker’s communicative intention in producing an utterance. The speaker normally expects that his/her communicative intention will be recognized by the hearer. Both speaker and hearer are usually helped in this process by the circumstances surrounding utterances. These circumstances, including other utterances, are called speech events. In many ways, it is the nature of the speech event that determines the interpretation of an utterance as performing a particular speech act. For example, the utterance this tea is really cold (Yule, 1996:48), functions as a complaint if it is uttered on a winter day, when the speaker reaches for a cup of tea, believing that it has been freshly made. It may also function as praise if it is uttered on a really hot summer’s day, with th

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fifik terhadap stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat da kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon). Teori Behavioristik: 1. Mementingkan faktor lingkungan 2. Menekankan pada faktor bagian 3. Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif. 4. Sifatnya mekanis 5. Mementingkan masa lalu A. Edward Edward Lee Thorndike (1874-1949): Teori Koneksionisme Thorndike berprofesi sebagai seorang pendidik dan psikolog yang berkebangsaan Amerika. Lulus S1 dari Universitas Wesle

PROFESI, ETIKA, KOMPETENSI, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KEGURUAN DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di tengah berbagai gugatan terhadap dunia pendidikan nasional, termasuk Madrasah, peran sentral guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan sulit diabaikan. Pada dasarnya, guru secara khusus sering diistilahkan sebagai “jiwa bagi tubuh” pendidikan. Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki guru adalah kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar. Kemampuan ini membekali guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar. Belajar dan mengajar terjadi pada saat berlangsungnya interaksi antara guru dengan siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Untuk itu, dalam dunia pendidikan perlu diketahui lebih lanjut akan pentingnya suatu etika bagi guru dimana guru tersebut merupakan suri tauladan bagi peserta didiknya, sehingga apabila tidak memiliki etika yang baik maka akan